Senin, 27 Juli 2009

Infrastruktur Keamanan Data Center

Infrastruktur Keamanan Data Center

Terdiri dari sistem pengamanan fisik dan non-fisik pada data center. Fitur sistem pengamanan fisik meliputi akses user ke data center berupa kunci akses memasuki ruangan (kartu akses atau biometrik) dan segenap petugas keamanan yang mengawasi keadaan data center (baik di dalam maupun di luar), pengamanan fisik juga dapat diterapkan pada seperangkat infrastruktur dengan melakukan penguncian dengan kunci gembok tertentu. Pengamanan non fisik dilakukan terhadap bagian software atau sistem yang berjalan pada perangkat tersebut, antara lain dengan memasang beberapa perangkat lunak keamanan seperti access control list, firewall, IDS dan host IDS, fitur-fitur keamanan pada Layer 2 (datalink layer) dan Layer 3 (network layer) disertai dengan manajemen keamanan.

Juga Keamanan untuk system data center seperti

  • -WDS (Water Detection System)
  • -EMS (Enveromental Monitoring System)
  • -BMS (Base Management System)
  • -FM 200 (Gas Dicharge)
  • -CCTV ( Closed Circuit TeleVision)


sumber: www.wikipidia.org


Selasa, 21 Juli 2009

Data Center Tidak Boleh Terlalu Dingin

Data Center Tidak Boleh Terlalu Dingin

Data center memang harus selalu berada dalam keadaan dingin. Namun temperatur untuk data center sebenarnya tidak boleh juga terlalu dingin. Sebab, malah akan merusak perangkat TI tersebut.

Data center dengan temperatur yang terlalu rendah, sepertinya halnya bila temperatur terlalu tinggi, atau temperatur yang kerap berubah-ubah, dapat merusak data processing , menyebabkan sistem shut down untuk menghindari kerusakan hardware, atau kerusakan komponen dari sistem yang tidak sempat dimatikan dengan cara yang seharusnya.

"Data center yang terlalu dingin merupakan pemborosan biaya dan energi, menghambat ekpansi TI serta perlindungan terhadap perangkat TI menjadi kurang memadai," kata Hak Lim Chng, Direktur Data Center Solutions, Software & Services Schneider Electric untuk ASEAN.

"Cara yang tepat perlu diterapkan untuk mendapatkan temperatur yang semestinya," tambahnya. Adapun suhu yang memadai untuk perangkat TI adalah di antara 68°F dan 77°F (20-25°C), dengan kadar kelembapan relatif 40-55%.

Berikut adalah penyebab kenapa Data center menjadi terlalu dingin menurut APC, yang dikutip detikINET , Selasa (7/4/2009):
  1. Pendekatan penerapan sistem pendingin dengan cara yang lama
  2. Pendingin tipe in-room tidak mampu menjangkau titik-titik panas secara efektif, dibandingkan dengan pendingin tipe in-row yang tidak hanya menyedot udara panas, tapi juga mensirkulasikannya kembali.
  3. Perimeter pendingin dibuat untuk menghadapi beban kerja tertinggi dari perangkat TI, tanpa adanya pengaturan di saat beban di titik terendah atau medium.
  4. Pengaturan peralatan TI yang tidak baik akan membuat sistem pendingin memproduksi dan memindahkan udara lebih banyak dari yang dibutuhkan oleh peralatan TI itu sendiri
  5. Pengaturan aliran udara yang buruk, seperti jalur aliran udara yang terlalu panjang, mengakibatkan kegagalan menahan temperatur udara tetap dingin sampai ke perangkat TI, serta membiarkan udara panas bersirkulasi dan bukannya dibuang.

Senin, 13 Juli 2009

Mendesigns UPS untuk Data Center

Mendesigns UPS untuk Data Center

Untuk menentukan kapasitas UPS yang dibutuhkan, secara umum bisa melalui langkah-langkah berikut :

1. Tentukan jumlah beban dalam VA yang harus disuplai oleh UPS dan tambahkan dengan growth factor biasanya 25% dari total beban. Beban yang disuplai oleh UPS biasanya dibagi menjadi "standing load" dan "instantaneous load"

2. Tentukan sistem tegangan input dan outputnya, apakah sistem tegangan inputnya 3 fasa atau 1 fasa?

3. Tentukan otonomi / back-up time yang diperlukan, hal ini dibutuhkan untuk menentukan kapasitas baterai /Ah yang diperlukan. Nilai otonomi biasanya akan besar bila pada sistem tersebut tidak ada emergency genset, tetapi bila ada emergency genset, nilai otonomi "1 jam" seharusnya cukup.

4. Nilai Ah, secara umum dapat ditentukan dengan mengalikan total ampere yang diperlukan dengan nilai otonominya. contoh, bila bebannya 22 kVA dan sistem tegangannya 220 V AC, maka nilai amperenya 100 A, sehingga nilai Ah-nya untuk otonomi 1 jam = 100 A x 1 jam = 100 Ah. Nilai tersebut diatas harus dikalikan lagi dengan "aging factor" biasanya 25% sehingga nilai Ah-nya menjadi 100 Ah x 125% = 125 Ah.

5. tentukan pula jenis baterai yang digunakan, sebagai contoh NiCd atau Lead Acid? berapa life-timenya? maintenance free nggak?? sehingga dari spesifikasi baterainya bisa ditentukan berapa jumlah sel-nya?

6. Setelah beban total yang harus disuplai dan kapasitas & jenis baterainya diketahui, langkah selanjutnya adalah menentukan kapasitas rectifier-nya /Charger. Dalam menentukan kapasitas rectifier, biasanya ditentukan dalam kondisi floating.

Selain item-item di atas, hal yang perlu ditentukan adalah type UPS-nya standar atau industrial? dan aksesoris apa saja yang diperlukan.

Senin, 06 Juli 2009

Rumus dasar menghitung sistem kelistrikan data center



Innovative data center...menjadikan teknologi untuk kelangsungan kehidupan bersama.