Mendesigns UPS untuk Data Center
Untuk menentukan kapasitas UPS yang dibutuhkan, secara umum bisa melalui langkah-langkah berikut :
1. Tentukan jumlah beban dalam VA yang harus disuplai oleh UPS dan tambahkan dengan growth factor biasanya 25% dari total beban. Beban yang disuplai oleh UPS biasanya dibagi menjadi "standing load" dan "instantaneous load"
2. Tentukan sistem tegangan input dan outputnya, apakah sistem tegangan inputnya 3 fasa atau 1 fasa?
3. Tentukan otonomi / back-up time yang diperlukan, hal ini dibutuhkan untuk menentukan kapasitas baterai /Ah yang diperlukan. Nilai otonomi biasanya akan besar bila pada sistem tersebut tidak ada emergency genset, tetapi bila ada emergency genset, nilai otonomi "1 jam" seharusnya cukup.
4. Nilai Ah, secara umum dapat ditentukan dengan mengalikan total ampere yang diperlukan dengan nilai otonominya. contoh, bila bebannya 22 kVA dan sistem tegangannya 220 V AC, maka nilai amperenya 100 A, sehingga nilai Ah-nya untuk otonomi 1 jam = 100 A x 1 jam = 100 Ah. Nilai tersebut diatas harus dikalikan lagi dengan "aging factor" biasanya 25% sehingga nilai Ah-nya menjadi 100 Ah x 125% = 125 Ah.
5. tentukan pula jenis baterai yang digunakan, sebagai contoh NiCd atau Lead Acid? berapa life-timenya? maintenance free nggak?? sehingga dari spesifikasi baterainya bisa ditentukan berapa jumlah sel-nya?
6. Setelah beban total yang harus disuplai dan kapasitas & jenis baterainya diketahui, langkah selanjutnya adalah menentukan kapasitas rectifier-nya /Charger. Dalam menentukan kapasitas rectifier, biasanya ditentukan dalam kondisi floating.
Selain item-item di atas, hal yang perlu ditentukan adalah type UPS-nya standar atau industrial? dan aksesoris apa saja yang diperlukan.
Untuk menentukan kapasitas UPS yang dibutuhkan, secara umum bisa melalui langkah-langkah berikut :
1. Tentukan jumlah beban dalam VA yang harus disuplai oleh UPS dan tambahkan dengan growth factor biasanya 25% dari total beban. Beban yang disuplai oleh UPS biasanya dibagi menjadi "standing load" dan "instantaneous load"
2. Tentukan sistem tegangan input dan outputnya, apakah sistem tegangan inputnya 3 fasa atau 1 fasa?
3. Tentukan otonomi / back-up time yang diperlukan, hal ini dibutuhkan untuk menentukan kapasitas baterai /Ah yang diperlukan. Nilai otonomi biasanya akan besar bila pada sistem tersebut tidak ada emergency genset, tetapi bila ada emergency genset, nilai otonomi "1 jam" seharusnya cukup.
4. Nilai Ah, secara umum dapat ditentukan dengan mengalikan total ampere yang diperlukan dengan nilai otonominya. contoh, bila bebannya 22 kVA dan sistem tegangannya 220 V AC, maka nilai amperenya 100 A, sehingga nilai Ah-nya untuk otonomi 1 jam = 100 A x 1 jam = 100 Ah. Nilai tersebut diatas harus dikalikan lagi dengan "aging factor" biasanya 25% sehingga nilai Ah-nya menjadi 100 Ah x 125% = 125 Ah.
5. tentukan pula jenis baterai yang digunakan, sebagai contoh NiCd atau Lead Acid? berapa life-timenya? maintenance free nggak?? sehingga dari spesifikasi baterainya bisa ditentukan berapa jumlah sel-nya?
6. Setelah beban total yang harus disuplai dan kapasitas & jenis baterainya diketahui, langkah selanjutnya adalah menentukan kapasitas rectifier-nya /Charger. Dalam menentukan kapasitas rectifier, biasanya ditentukan dalam kondisi floating.
Selain item-item di atas, hal yang perlu ditentukan adalah type UPS-nya standar atau industrial? dan aksesoris apa saja yang diperlukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar